Rintihan Mengerikan dari dalam Headsetku

Ilustrasi. (Foto: Elements Envato)

Sudah berapa bulan belakangan aku selalu pulang larut malam dari kantor.

Pola kerja yang dinamis, membuatku bisa masuk ke kantor jelang sore, di saat yang sama ketika kolega lainnya bergegas kembali ke rumah.
Lantaran masuk petang, aku harus menghabiskan sepanjang malam mengerjakan tugas dan baru kembali ketika hari telah berganti.
Kantorku berada di kawasan selatan Jakarta, bertempat di sebuah gedung 11 lantai yang megah.
Jarak antara kantor dan kediamanku yang berada di kawasan pinggiran Jakarta kurang lebih 27 kilometer.
Aku biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam untuk menempuh jarak tersebut dengan motor skuterku.
Namun saat kembali dari kantor, waktu tempuh bisa berkurang setengahnya.
Jalanan yang lengang membuatku mampu memacu kendaraan roda 2 itu hingga batas maksimalnya.
Seperti malam-malam lainnya, aku selalu mendengarkan musik melalui headset ketika menyusuri jalan menuju rumah.

BACA JUGA: Kisah
Rasanya mengasyikan melintasi jalan lengang dalam suasana temaram.
Ada kenikmatan tersendiri berkendara sendiri dalam sunyi ditemani playlist lagu andalan yang memanjakan telinga.
Deretan lagu dalam playlist itu adalah tembang-tembang lawas dari era awal 2000-an.
Jenis lagu yang ngetren di masa remajaku, jadi aku hafal sebagian besar liriknya.
Namun aku merasakan kejanggalan pada sebuah lagu yang dibawakan sebuah kelompok band asal Denmark.
Pasalnya, sayup-sayup aku mendengar seperti suara rintihan tangisan yang melatari lagu itu.
Aku sampai bergidik ketakutan dibuatnya, lalu menghentikan laju motor dan menepi sebentar
Setelah itu, spontan aku menekan tombol pada kabel headset untuk menghentikan putaran lagu.
Suara rintihan itu pun ikut berhenti.

Aku melihat ke sekeliling, suasana seperti malam-malam sebelumnya. Lengang dan lampu jalan dengan pijar kuning menerangi aspal.
Perasaanku tentu saja campur aduk, antara penasaran dan kecut karena takut.
Sejenak kemudian, aku mulai menekan tombol play lagi.
Lagu lantas melanjutkan putarannya. Mula-mula tidak ada yang janggal, namun sayup rintihan itu kembali lagi.
Suaranya seperti tangis oleh kesedihan yang mengendap, membangkitkan nuansa yang kelam lagi menakutkan.
Otakku seketika memvisualisasikan sesosok bergaun putih lusuh dengan rambut panjang menutupi punggung.
Memikirkannya membuat seketika menjadi gentar.

Aku jadi urung melanjutkan berkendara , terpaku di tepi jalan sambil mereka-reka maksud dari semua itu.
Kulepas helmet lalu mencabut perangkat microphone itu dari telinga.
Suara malam seketika menyerbu masuk. Namun tak ada rintihan. Hanya deru kendaraan dari kejauhan.
Seingatku, lagu ini adalah salah satu yang selalu kudengar saban malam ketika pulang kantor.
Namun tidak pernah sekalipun aku mengindrai sayup rintihan sebagaimana yang kualami malam ini.
Rasanya aneh, membuat nada-nada pada tembang itu ikut sumbang, lirih. Seolah ada rasa sakit yang dalam lantaran hati baru dihunus belati.
Apakah rintihan menakutkan itu datang dari dimensi lain dunia ini dan terpatri begitu saja dalam lagu itu?
Ataukah itu hanya sekadar anomali digital yang sebemarnya bisa dijelaskan secara logis?
Setelah terpekur berapa lama, aku memutuskan melanjutkan perjalanan tanpa diiringi musik.
Throttle gas kuputar, membuat mesin skuter meraung membawaku menembus pekat dini hari dengan 1001 pertanyaan di kepala.(*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koes Hendratmo pake Jas Songke....

The Godfathers