Postingan

Menampilkan postingan dengan label anak-anak

Petrichor dan Kisah Layang-layang

Gambar
"Masa kanak-kanak yang bahagia adalah salah satu hadiah terbaik yang dimiliki orang tua untuk diberikan kepada anak mereka" – Mary Cholmondeley HUJAN  semalam meninggalkan jejaknya. Hujan pertama di bulan Juli yang kering. Titik-titik air bergantungan pasrah pada helai dedaunan,  membiaskan warna jingga redup dari sinar mentari pertama pagi itu.  Genangan-genangan kecil masih terbentuk setiap ceruk tanah, hingga panas sang surya nanti akan  memaksa mereka menyusup ke rahim bumi, atau menguap dan menyatu dengan mega.  Meski malam telah berganti,  namun hari masih pagi.  Segenap makhluk di kolong langit masih enggan menyambut fajar, lantaran ingin sekali lagi mencecap mimpi sebelum sadar mencampakan mereka pada nyata.

Kawanan Anjing ini Melindungi Aku dari Apa?

Gambar
Tadi siang kakek sudah dimakamkan. Ia meninggal setelah beberapa waktu lamanya menderita sakit. Keluarga dan kerabat yang datang datang dari luar kota, masih akan berkumpul di rumah kakek sampai hari ketujuh.  Demikian pula putra dan putri kakek, termasuk ibuku, semuanya akan tinggal untuk menguatkan nenek yang tengah berduka. Tenda besar yang didirikan di depan rumah kakek juga belum dibongkar. Tiap malam orang-orang memenuhi tenda itu untuk mengikuti ibadah singkat demi keselamatan jiwa kakek.  Namun sebenarnya, tujuan mereka bukan itu saja. Sebab, segera setelah ibadah selesai, sebagian besar dari mereka akan membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 5 hingga 7 orang.  Mereka akan bermain kartu dengan uang sebagai taruhanya, hingga pagi menjelang. Begitulah kebiasaan di tempat kami saban ada kematian. BACA JUGA: Cekelan Penahan Sukma, Bikin Mbah J Hampir Abadi Malam ini, ibu memutuskan untuk kembali menginap di rumah kakek. Sementara ayah memilih pulang dan menunggui rumah aga

Fedi Mekui... Freddy Mercury

Gambar
Ilustrasi. (Foto: The Guardian) "Mommy, Fedi Mekui," pinta Ele, bocah perempuan 3 tahun, yang sedang bersiap-siap tidur siang. Ibunya sudah paham permintaan itu, segera meraih ponsel, menggulir layarnya lalu mengetuk aplikasi YouTube. Lalu pada kolom pencarian, dia mengetikkan sebuah frasa. Maka muncullah sederet klip pada platform berbagi video daring itu. Ponsel pun diberikan kepada Ele yang menerima dengan antusias. BACA JUGA: Kisah Berapa jenak, telunjuk mungil bocah itu menggulir daftar klip tersebut untuk mencari yang dia inginkan. Ia lalu berhenti pada sebuah thumbnail tayangan dan melakukan gerakan mengetuk. Tampilan layar ponsel seketika berubah saat sebuah tayangan mulai dimainkan. Itu adalah sebuah video klip lagu yang dimulai dengan alunan gitar listrik disertai entakan beat berkecepatan sedang namun penuh semangat. Ele menggerakkan kepala, mengikuti irama sampai sang penyanyi mulai memekik nyaring: "I want to break free… I want to break free! " Ele

Kisah Sebuah Busi -Bagian Kedua

Gambar
Petasan busi selalu menjadi permainan kegemaranku. Mungkin karena bentuknya yang sedikit menyerupai roket dengan rumbai-rumbai plastik terlihat seperti semburan api roket ketika busi itu dilemparkan ke udara.  Meski aku selalu tertarik pada hal-hal yang bersifat sains, namun entah mengapa nilai IPA ku di sekolah tidak bagus-bagus amat, kurang malah.  Tidak jarang aku dan beberapa teman kelasku yang lain dihukum berlutut karena nilai ulangan IPA kami di bawah lima.  Meski begitu, keingin tahuanku tentang roket pernah membuatku menghabiskan suatu malam dengan membaca buku Antariksa milik Bapa yang sebenarnya diperuntukkan bagi siswa SMA.  Kala itu Bapa mengetahui aku tengah melahap pengetahuan yang sebenarnya belum begitu perlu bagiku. Namun ia membiarkan saja. Mungkin di benak kecilnya ia berharap anaknya kelak dapat menjadi salah satu astronot pertama bagi Indonesia. Entahlah. BACA JUGA: Kisah Sebuah Busi - Bagian Pertama “Kau tahu, nama tengahmu diambil dari nama seorang kosmon

Kisah sebuah Busi - Bagian Pertama

Gambar
Sore hari yang mendung di awal bulan Desember. Siang tadi hujan dan petir menghajar bumi tanpa ampun, menyisakan  air yang menggenang di halaman rumah, di lubang-lubang pada jalan beraspal, di bekas jejak oto dan di setiap tempat yang memungkinkan terciptanya genangan air.  Sementara itu, angin yang berhembus pelan menghantarkan hawa dingin dari puncak Poco Likang. Melewati hamparan sensus di Wae teku Tenda lalu menyusup masuk dalam kisis-kisi rumah yang kemudian dengan kejamnya mengiris daging dan menusuk-nusuk tulang setiap penghuni Ruteng di senja kelabu itu. Aku meringkuk dingin di kaki pintu rumah sambil menunggu hujan menghentikan murkanya. Sesekali jari-jariku yang mengkerut kedinginan menyentuh bulir-bilir percikan air hujan yang menempel pada kain payung yang diletakan begitu saja tidak jauh dari tempatku duduk.  Dari jauh sayup-sayup terdengar alunan lagu Wie Nggeluk Bail yang dimainkan dari tape recorder. Dalam hati aku sedikit girang lantaran sebentar lagi hari

Kisah

Gambar
Karena kita mengukir sejarah kita sendiri.... Saban petang, pintu tol karang tengah adalah neraka bagi kedua kakiku. Ribuan kendaraan yang menyemut itu rasanya mustahil untuk dilewati.  Namun rasa penat dalam mencari kombinasi pas antara kopling, rem dan gas itu sedikit terobati oleh ritual rutin yang dilakukan Terrence dan Mommy di kursi belakang. Mereka berdua menelpon Uti.  Suara girang  Uti dengan segera memenuhi kabin kendaraan mungil yang sudah kami anggap sebagai rumah kedua.  Sapaan Uti yang sepanjang waktu diliputi rindu kepada sang cucu bagai gayung bersambut. Terrence kemudian mulai mengoceh tentang segala sesuatu.  Aku yakin, Uti menyimak dengan antusias. Meski kerap  kisah itu tak terselami karena perbendaharan kata yang masih terbatas. Rasanya sangat menyenangkan mendengar dua insan yang terpaut usia setengah abad lebih itu saling berbagi cerita. Ada kalanya ritual itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Bukan karena telepon genggam Mommy yang dengan ajaibny