Njir! Kok Beda Banget Sama yang di Foto?


Jam 15.00 tepat, kudengar pintu depan dibuka lalu disusul langkah-langkah berat. Aku yang sedang sibuk masak di dapur ogah melihat ke depan. Karena aku tahu itu Airin, salah seorang teman yang rutin mengunjungi rumahku jika ia sedang ada masalah.

"Dew, ada air es nggak, eh jangan! Jus jeruk deh," kata Airin sambil menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu. Bunyi gedebuk membuatku cemas, kalau-kalau sofaku tak kuat menahan beban tubuh Airin yang memang agak tambun.

Aku menuju ke depan, dengan segelas jus jeruk di tangan. Dalam posisi setengah selonjor, Airin melirikku sedetik lalu kembali menekuni ponsel cerdasnya.

Aku meletakkan jus jeruk itu di meja, lalu duduk sofa lain di situ.

"Makasih beib," katanya.

BACA JUGA: Cekelan Penahan Sukma, Bikin Mbah J Hampir Abadi

Sejenak kami berdua duduk dalam kebisuan. Aku memandang ke arah pintu luar, memperhatikan barisan pot tempat tumbuh beberapa tanaman hias. Sesekali ku dengar Airin menghela nafas, namun enggan kutanggapi. Tunggu saja sampai dia ngomong sendiri, begitu batinku.

"Kita tadi ketemuan sebentar aja beib," ucap Airin sambil membenarkan posisi duduknya.

Temanku satu ini memang suka memanggil siapa saja dengan sebutan 'beib'. Mungkin itu bagian dari rintihan hatinya yang sampai sekarang menjomlo dan masih berjibaku untuk menemukan pasangan hidup. Entahlah.

"Kita duduk sebentar di cafe itu, belum pesan makanan atau minuman apa-apa. Kemudian si Rendi pe'a itu izin ke toilet. Sampai setengah jam gue tungguin dia nggak balik-balik, beib. Ternyata dia kabur! Anj#ng banget nggak sih!"

Mendengar cerita Airin, aku ingin tertawa sekeras-kerasnya. Tapi mengingat dia itu temanku, yang sedang kacau balau perasaannya, kutahan kuat-kuat luapan perasaan konyol itu.

"Udah, ketawa aja nggak apa-apa," kata Airin lantaran melihat wajahku memerah lantaran menahan tawa.

"Kok bisa.. " cuma itu yang bisa kukatakan sebelum tawa seketika menyeruak karena tak bisa kupendam lagi.

Airin cemberut sambil memainkan ponselnya, lalu mengambil jus jeruk di hadapannya dan menghabiskannya dengan sekali tenggak.

"Padahal waktu chatting si pe'a itu manis banget. Pinter banget ngerayu! Nggak tahu udah berapa ratus ribu aku habisin buat beliin dia paket data," ujar Airin yang tentu saja disambut tawaku yang semakin keras.

Airin sudah 30 tahun lebih usianya. Dalam kelompok pertemanan kami, hanya dia yang belum punya kekasih. Novi dan Jenny baru saja menikah awal tahun ini. Sementara aku sendiri sudah punya tunangan, sebentar lagi naik ke pelaminan juga.

Kenyataan itu yang bikin Airin semakin getol cari pacar lewat aplikasi kencan. Sudah setahun lebih ia bertualang di dunia maya untuk menemukan sosok idaman plus teman hidup, namun sampai saat ini belum berhasil.

BACA JUGA: Walau Sudah Tua, Bi Ima Sungguh Terampil! Aku Sampai Lemas

Beberapa kali Airin bilang bahwa dirinya sudah menemukan kekasih. Namun semuanya selalu kandas saat pertemuan pertama. Kejadian yang terakhir ini sudah kali yang kelima.

Aku masih ingat setahun lalu, saat ia akan bertemu muka dengan seorang pria setelah kenalan di aplikasi kencan itu. Airin tampak begitu bahagia sekaligus cemas. Ia bahkan meminta aku, Novi dan Jenny untuk menemaninya bertemu sosok pria itu di salah satu mal besar di kota kami.

Airin bahkan memesan meja lain bagi kami bertiga di restoran tempat ia janjian dengan teman kencannya. Malam itu berakhir buruk. Si pria datang, lalu memandang kecut ke arah Airin yang tersenyum manis padanya.

"Airin?" Begitu tanyanya.

"Iya! ayo duduk," Jawab Airin dengan wajah berbinar.

Pria itu tidak langsung duduk, tapi merogoh kantong celananya dan mengambil ponsel. Sejenak kemudian ia melihat layar ponselnya itu, lalu kemudian menatap wajah Airin dengan lekat.

"Njir, kok beda banget sama yang di foto yah? Sumpah nggak ada mirip-miripnya!" Demikian ucap si pria itu dan membuat wajah Airin merah menahan malu.

Tanpa berkata-kata lagi, pria itu beranjak pergi, meninggalkan Airin yang mematung sambil berlinang air mata.

Kejadian yang sama terulang berkali-kali. Semua pria yang ia temui selalu berakhir setelah pertemuan pertama. Ada seorang yang bertahan hingga sesi makan malam berakhir, namun setelah itu Airin tidak bisa lagi menghubungi nomor ponselnya.

Jenny dan Novi acap kali bilang padaku untuk memberitahu Airin, agar memanfaatkan aplikasi kencan itu dengan benar. Mereka menganggap kalau Airin terlalu berlebihan dalam mengedit foto-fotonya di aplikasi itu.

Menggunakan filter foto, wajahnya dibuat tirus, kulitnya dibikin terang dan matanya direkayasa sedemikian rupa sehingga lebih besar dengan bulu mata yang panjang dan lentik.

"Dew, kasih tahu ke Airin dong. Kalau dia kayak gitu terus, nggak bakal dapat cowok. Dia nggak jujur sama dirinya sendiri dan orang lain," kata Novi diiringi anggukan Jenny.

"Kalaupun ada yang mau jalan sama dia, paling hanya morotin duitnya aja," tambahya.

Tanpa perlu diberi tahu Novi pun aku juga sadar bahwa masalah utama Airin adalah tidak jujur. Para teman kencannya itu menaruh ekspektasi sesuai yang Airin tampilkan di aplikasi itu. Makanya ketika bertemu wajah, mereka kebanyakan terkejut lalu pergi begitu saja.

Sebenarnya Airin juga tak jelek-jelek amat. Ia tetap terlihat cantik dan seksi walau sedikit kelebihan berat badan. Kepribadiannya juga hangat, pengasih dan pekerja keras. Namun tindakannya menampilkan diri sebagai orang lain alih-alih apa adanya membuat ia selalu gagal menemukan pendamping hidup.

Lamunanku buyar begitu mendengar Airin berteriak kegirangan hingga hampir terlompat dari sofa tempatnya duduk.

"Ya ampun, ini cowok ganteng banget, beib! Dia juga udah kirim private message ke aku," katanya sambil memperlihatkan layar ponselnya kepadaku.

Aku tersenyum kecut, dia melihatnya namun tidak peduli. Aku bisa memastikan hubungan berikut ini bisa berakhir dengan kegagalan. Namun, siapa tahu tidak.(*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koes Hendratmo pake Jas Songke....

The Godfathers