Postingan

Menampilkan postingan dengan label kisah

Ratni Mempertahankan Kehormatannya

Gambar
Celana dalam Ratni sudah sampai di lutut saat kesempatan itu datang. Ketika pria yang berlutut di atasnya berupaya melepas sabuk dan kancing celana jeansnya, Ratni mengentakkan kaki sekuat-kuatnya ke selangkangan sosok yang ingin menggagahinya itu.  Sang pria seketika terjengkang ke belakang. Wajahnya meringis menahan sakit lantaran kejantanannya itu dihajar sedemikian rupa.  Ratni segera bangkit, menarik celananya yang melorot lalu merapikan roknya. Ia memicingkan mata, melihat pria itu masih mengaduh kesakitan di tanah sembari memegang barangnya. Ratni merasakan takut bercampur amarah atas peristiwa yang sedang dialaminya itu.  BACA JUGA: Sepucuk Surat yang Tak Pernah Sampai Ia ingin segera meninggalkan tempat itu, namun matanya terpaku pada  batu yang teronggok di bawah sebatang pohon. Ia diam sebentar, lalu mengangkat batu itu dengan sisa-sia tenaganya. Digotongnya batu itu ke arah pria yang tengah berbaring menggulung di tanah. Pria itu kaget melihat Ratni mendekat, ia ngeri meli

Petrichor dan Kisah Layang-layang

Gambar
"Masa kanak-kanak yang bahagia adalah salah satu hadiah terbaik yang dimiliki orang tua untuk diberikan kepada anak mereka" – Mary Cholmondeley HUJAN  semalam meninggalkan jejaknya. Hujan pertama di bulan Juli yang kering. Titik-titik air bergantungan pasrah pada helai dedaunan,  membiaskan warna jingga redup dari sinar mentari pertama pagi itu.  Genangan-genangan kecil masih terbentuk setiap ceruk tanah, hingga panas sang surya nanti akan  memaksa mereka menyusup ke rahim bumi, atau menguap dan menyatu dengan mega.  Meski malam telah berganti,  namun hari masih pagi.  Segenap makhluk di kolong langit masih enggan menyambut fajar, lantaran ingin sekali lagi mencecap mimpi sebelum sadar mencampakan mereka pada nyata.

Sosok yang Hidup dalam Benakku

Gambar
  Aku bingung. Ibu  belakangan ini selalu menatapku dengan perasaan lain. Ada pancaran kecemasan dari sorot matanya. Seperti ada yang tidak beres pada diriku. Padahal, aku baik-baik saja. Sehat-sesehatnya.  Begitu juga dengan Dhita, adikku satu-satunya. Ia tak pernah lagi menyelinap masuk ke kamarku lalu tiduran di kasur sambil membaca salah satu koleksi komikku. Sepertinya ia menjaga jarak, bicara seperlunya saja denganku.  Semuanya berawal ketika Rani datang ke rumah. Rani adalah sahabatku. Kami seperti saudara, karena sebagian besar waktunya kerap kali dihabiskan di rumahku.  Kisah pertemuanku dengan Rani begitu unik. Ia mengantarku kembali pulang ketika aku kabur dari rumah karena bertengkar dengan ibu. Dalam pertengkaran itu, ibu mengatakan kalau aku sakit dan itu membuatku kecewa.  Dua hari aku pergi dari rumah, luntang-lantung di jalan lalu menghentikan langkahku di depan sebuah rumah yang tak terawat lantaran tak lagi ditinggali.  Di teras rumah itu, aku ingin mengaso sebentar

Njir! Kok Beda Banget Sama yang di Foto?

Gambar
Jam 15.00 tepat, kudengar pintu depan dibuka lalu disusul langkah-langkah berat. Aku yang sedang sibuk masak di dapur ogah melihat ke depan. Karena aku tahu itu Airin, salah seorang teman yang rutin mengunjungi rumahku jika ia sedang ada masalah. "Dew, ada air es nggak, eh jangan! Jus jeruk deh," kata Airin sambil menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu. Bunyi gedebuk membuatku cemas, kalau-kalau sofaku tak kuat menahan beban tubuh Airin yang memang agak tambun. Aku menuju ke depan, dengan segelas jus jeruk di tangan. Dalam posisi setengah selonjor, Airin melirikku sedetik lalu kembali menekuni ponsel cerdasnya. Aku meletakkan jus jeruk itu di meja, lalu duduk sofa lain di situ. "Makasih beib," katanya. BACA JUGA: Cekelan Penahan Sukma, Bikin Mbah J Hampir Abadi Sejenak kami berdua duduk dalam kebisuan. Aku memandang ke arah pintu luar, memperhatikan barisan pot tempat tumbuh beberapa tanaman hias. Sesekali ku dengar Airin menghela nafas, namun enggan kutanggapi. Tun

Presiden Joe Biden Pegang Pundak Gadis Muda, Lalu Katakan ini...

Gambar
Presiden AS Joe Biden. (Foto: Reuters) Ucapan Presiden AS Joe Biden kepada seorang gadis muda telah menarik perhatian para penjelajah internet.  Dalam sebuah video unggahan Sabtu (15/10) yang menjadi viral di media sosial, Biden memberi tahu gadis itu mengenai perilaku umum para pria. Orang nomor satu di negeri Paman Sam itu mengatakan bahwa tidak ada pria yang serius sampai berusia 30 tahun. BACA JUGA: Mossad.Agen Rahasia yang paling Ditakuti Dunia Momen tersebut diabadikan setelah Presiden Biden menyampaikan sambutannya di acara Irvine V alley Community College. Video dimulai dengan Presiden Biden berfoto bersama beberapa mahasiswi di kampus selama sesi temu dan sapa.  Beberapa detik kemudian, dia pun memberi tahu seorang gadis yang berdiri di depannya.  "Sekarang, hal yang sangat penting saya katakan kepada putri dan cucu perempuan saya. Tidak ada pria yang serius sampai Anda berusia 30 tahun,” katanya. Video itu menunjukkan bahwa gadis yang diajak bicara itu tampak agak cangg

Rintihan Mengerikan dari dalam Headsetku

Gambar
Ilustrasi. (Foto: Elements Envato) Sudah berapa bulan belakangan aku selalu pulang larut malam dari kantor. Pola kerja yang dinamis, membuatku bisa masuk ke kantor jelang sore, di saat yang sama ketika kolega lainnya bergegas kembali ke rumah. Lantaran masuk petang, aku harus menghabiskan sepanjang malam mengerjakan tugas dan baru kembali ketika hari telah berganti. Kantorku berada di kawasan selatan Jakarta, bertempat di sebuah gedung 11 lantai yang megah. Jarak antara kantor dan kediamanku yang berada di kawasan pinggiran Jakarta kurang lebih 27 kilometer. Aku biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam untuk menempuh jarak tersebut dengan motor skuterku. Namun saat kembali dari kantor, waktu tempuh bisa berkurang setengahnya. Jalanan yang lengang membuatku mampu memacu kendaraan roda 2 itu hingga batas maksimalnya. Seperti malam-malam lainnya, aku selalu mendengarkan musik melalui headset ketika menyusuri jalan menuju rumah. BACA JUGA: Kisah Rasanya mengasyikan melintasi jalan

Kisah

Gambar
Karena kita mengukir sejarah kita sendiri.... Saban petang, pintu tol karang tengah adalah neraka bagi kedua kakiku. Ribuan kendaraan yang menyemut itu rasanya mustahil untuk dilewati.  Namun rasa penat dalam mencari kombinasi pas antara kopling, rem dan gas itu sedikit terobati oleh ritual rutin yang dilakukan Terrence dan Mommy di kursi belakang. Mereka berdua menelpon Uti.  Suara girang  Uti dengan segera memenuhi kabin kendaraan mungil yang sudah kami anggap sebagai rumah kedua.  Sapaan Uti yang sepanjang waktu diliputi rindu kepada sang cucu bagai gayung bersambut. Terrence kemudian mulai mengoceh tentang segala sesuatu.  Aku yakin, Uti menyimak dengan antusias. Meski kerap  kisah itu tak terselami karena perbendaharan kata yang masih terbatas. Rasanya sangat menyenangkan mendengar dua insan yang terpaut usia setengah abad lebih itu saling berbagi cerita. Ada kalanya ritual itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Bukan karena telepon genggam Mommy yang dengan ajaibny