Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerita

Walau Sudah Tua, Bi Ima Sungguh Terampil! Aku Sampai Lemas

Gambar
Sepuluh menit berlalu, aku masih betah menelungkup di ranjang. Seluruh ototku seperti luruh semuanya, hilang daya. Aku merasa lemas, tenagaku terkuras, namun puas! “Tidak perlu buru-buru, tiduran dulu kalau masih lemas,” kata Bi Ima sembari merapikan kainnya. Aku mengangguk lemah lalu sembari mendengar bunyi lembut langkah perempuan paru baya itu menuju kamar mandi. Mungkin ia ingin mencuci tangannya. Itu pengalaman pertamaku bersama Bi Ima. Baru sekali dan aku langsung kecanduan. Makanya aku memutuskan untuk tiap minggu mengunjunginya. Bi Ima memang paten. Ia selalu berhasil membuatku lemas, berkeringat. Sakit sedikit tidak apa-apa, namun efek setelah itu begitu joss. Hendri, teman sekantorku juga merasakan perubahan padaku. Katanya aku lebih bugar, lebih lincah dan tanggap dalam melakukan pekerjaan.  Ia juga mengatakan aku lebih ceria, beda dengan diriku yang dulu. “Ayolah To,  kasih tahu aku rahasianya. Aku juga pengin kayak kamu, terlihat segar! Punya cewek baru yah?” Begitu Hendri

Fedi Mekui... Freddy Mercury

Gambar
Ilustrasi. (Foto: The Guardian) "Mommy, Fedi Mekui," pinta Ele, bocah perempuan 3 tahun, yang sedang bersiap-siap tidur siang. Ibunya sudah paham permintaan itu, segera meraih ponsel, menggulir layarnya lalu mengetuk aplikasi YouTube. Lalu pada kolom pencarian, dia mengetikkan sebuah frasa. Maka muncullah sederet klip pada platform berbagi video daring itu. Ponsel pun diberikan kepada Ele yang menerima dengan antusias. BACA JUGA: Kisah Berapa jenak, telunjuk mungil bocah itu menggulir daftar klip tersebut untuk mencari yang dia inginkan. Ia lalu berhenti pada sebuah thumbnail tayangan dan melakukan gerakan mengetuk. Tampilan layar ponsel seketika berubah saat sebuah tayangan mulai dimainkan. Itu adalah sebuah video klip lagu yang dimulai dengan alunan gitar listrik disertai entakan beat berkecepatan sedang namun penuh semangat. Ele menggerakkan kepala, mengikuti irama sampai sang penyanyi mulai memekik nyaring: "I want to break free… I want to break free! " Ele

Kisah Sebuah Busi - Bagian Ketiga

Gambar
Plarrr!!!! Bunyi keras menghentak nadi saat petasan busi yang dilemparkan Kanis beradu dengan aspal jalanan. Telingaku pun sampai berdengung bagai dimasuki lebah akibat bunyi yang begitu keras itu.  Aku yakin, setiap makhluk yang berada pada radius 100 meter akan terkejut bukan main kala mendengar bunyi tersebut. Kanis melihat padaku sambil meringis.  Dia terlihat puas setelah berhasil menciptakan bunyi yang menggoncang jiwa melulukan rasa itu. Sesaat kemudian ia segera berlari menghampiri petasan businya yang mengeluarkan sedikit asap. “Lempar kau punya, sudah…sapa punya nanti yang lebih keras bunyinya,” seru Kanis sembari memunguti petasan busi miliknya itu. BACA JUGA:  Fedi Mekui... Freddy Mercury Aku mengangguk sambil tersenyum. Tunggu saja, petasan busiku akan meledak jauh lebih keras. Dengan cepat aku menjejali sebuk-serbuk korek api ke dalam lubang pada  moncong busiku, lalu menyumbat lubang tersebut dengan baut yang sudah tersedia. Setelah memastikan tidak ada yang te

Cintaku pada Wendy Melampaui Waktu

Gambar
Ilustrasi. (Foto: Elements Envato) Aku tahu Wendy sedang sedih. Bukan sekadar karena melihat wajahnya yang muram, tapi kami berdua seolah terhubung secara kosmis oleh benang-benang yang tak kelihatan sehingga menjadi satu jiwa. Kegembiraan yang dirasakan Wendy seperti sentakan listrik yang seketika membuat aku turut berbunga-bunga. Sebaliknya, pedih yang ia alami turut mengiris-iris hatiku, seperti yang terjadi saat ini. Semalam kuperhatikan ia duduk di tempat tidurnya hingga larut. Kedua mata Wendy begitu tertuju pada benda bernama ponsel di genggamannya. Ia bahkan tidak menyadari saat aku melangkah masuk ke kamar dan duduk di ujung ranjang. Matanya sudah sembab, tapi tak henti mengeluarkan air yang menganak sungai membasahi pipinya yang lembut dan kenyal. Ya, aku tahu pipinya begitu halus karena beberapa kali ia biarkan kusentuh. Kedua pipi itu adalah bagian tubuh Wendy yang jadi favoritku selain jemarinya. Dan oh, kedua betisnya juga begitu lembut, seolah tak ada otot di dalamnya. M

Sosoke itu Kunamai Si Bengal

Gambar
Si Bengal (Foto: Dok Pri) Ada penghuni baru di rumah kami. Seekor kucing muda yang seenak perut nyelonong masuk lalu mengajak bermain semua orang.  Seperti biasa, Terrence selalu senang dengan kedatangan kucing. Tapi tidak denganku. Sejak dulu anak itu ingin punya 1 ekor, tapi tak pernah kuizinkan.  Entah kenapa, aku kesal kerap kali melihat kucing. Dan yang menjengkelkan, di lingkungan kami ini banyak sekali kucing liar.   "Rumah ini hanya menerima anjing," kataku suatu kali pada Terrence yang disambut dengan wajahnya yang seperti rasa belimbing wuluh, masam sekali!  Sebelumya, kami memiliki seekor anjing. Namanya Bubul, seekor American Pitbull Terrier. Bubul meninggal pada bulan Desember 2019 silam, 2 hari sebelum Natal.  BACA JUGA: Rintihan Mengerikan dari Headsetku Ia begitu kesakitan sebelum kematiannya lantaran menderita parvo - sebuah penyakit mematikan bagi anjing.  Tubuhnya yang kekar menciut hingga tinggal kulit membalut tulang saat parvo menggerogotinya tanpa ampun

Kisah Sebuah Busi -Bagian Kedua

Gambar
Petasan busi selalu menjadi permainan kegemaranku. Mungkin karena bentuknya yang sedikit menyerupai roket dengan rumbai-rumbai plastik terlihat seperti semburan api roket ketika busi itu dilemparkan ke udara.  Meski aku selalu tertarik pada hal-hal yang bersifat sains, namun entah mengapa nilai IPA ku di sekolah tidak bagus-bagus amat, kurang malah.  Tidak jarang aku dan beberapa teman kelasku yang lain dihukum berlutut karena nilai ulangan IPA kami di bawah lima.  Meski begitu, keingin tahuanku tentang roket pernah membuatku menghabiskan suatu malam dengan membaca buku Antariksa milik Bapa yang sebenarnya diperuntukkan bagi siswa SMA.  Kala itu Bapa mengetahui aku tengah melahap pengetahuan yang sebenarnya belum begitu perlu bagiku. Namun ia membiarkan saja. Mungkin di benak kecilnya ia berharap anaknya kelak dapat menjadi salah satu astronot pertama bagi Indonesia. Entahlah. BACA JUGA: Kisah Sebuah Busi - Bagian Pertama “Kau tahu, nama tengahmu diambil dari nama seorang kosmon

Kisah sebuah Busi - Bagian Pertama

Gambar
Sore hari yang mendung di awal bulan Desember. Siang tadi hujan dan petir menghajar bumi tanpa ampun, menyisakan  air yang menggenang di halaman rumah, di lubang-lubang pada jalan beraspal, di bekas jejak oto dan di setiap tempat yang memungkinkan terciptanya genangan air.  Sementara itu, angin yang berhembus pelan menghantarkan hawa dingin dari puncak Poco Likang. Melewati hamparan sensus di Wae teku Tenda lalu menyusup masuk dalam kisis-kisi rumah yang kemudian dengan kejamnya mengiris daging dan menusuk-nusuk tulang setiap penghuni Ruteng di senja kelabu itu. Aku meringkuk dingin di kaki pintu rumah sambil menunggu hujan menghentikan murkanya. Sesekali jari-jariku yang mengkerut kedinginan menyentuh bulir-bilir percikan air hujan yang menempel pada kain payung yang diletakan begitu saja tidak jauh dari tempatku duduk.  Dari jauh sayup-sayup terdengar alunan lagu Wie Nggeluk Bail yang dimainkan dari tape recorder. Dalam hati aku sedikit girang lantaran sebentar lagi hari

Rintihan Mengerikan dari dalam Headsetku

Gambar
Ilustrasi. (Foto: Elements Envato) Sudah berapa bulan belakangan aku selalu pulang larut malam dari kantor. Pola kerja yang dinamis, membuatku bisa masuk ke kantor jelang sore, di saat yang sama ketika kolega lainnya bergegas kembali ke rumah. Lantaran masuk petang, aku harus menghabiskan sepanjang malam mengerjakan tugas dan baru kembali ketika hari telah berganti. Kantorku berada di kawasan selatan Jakarta, bertempat di sebuah gedung 11 lantai yang megah. Jarak antara kantor dan kediamanku yang berada di kawasan pinggiran Jakarta kurang lebih 27 kilometer. Aku biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam untuk menempuh jarak tersebut dengan motor skuterku. Namun saat kembali dari kantor, waktu tempuh bisa berkurang setengahnya. Jalanan yang lengang membuatku mampu memacu kendaraan roda 2 itu hingga batas maksimalnya. Seperti malam-malam lainnya, aku selalu mendengarkan musik melalui headset ketika menyusuri jalan menuju rumah. BACA JUGA: Kisah Rasanya mengasyikan melintasi jalan