CIA Rendition Aircraft

Sebuah Boeing 737 putih tak bertanda mendarat  pagi- pagi sekali di Teluk Guantanamo, Kuba. Pesawat tersebut rupanya bagian dari  sebuah misi CIA yang sangat rahasia, satu dari sekian banyak misi rahasia negara Amerika Serikat (AS) dalam perangnya melawan terorisme. Empat tahanan teroris  bernilai tinggi berada di dalam kabin pesawat itu.
Membawa tahanan menggunakan pesawat dari satu negara ke negara lain  lazim dilakukan  sebagaian besar negara dari dulu hingga sekarang. Hal tersebut dikenal dengan istilah rendition aircraft, dan biasanya diberlakukan untuk tahanan-tahanan khusus. Proses pemindahan tahanan dengan metode ini  juga dilakukan oleh CIA, namun dengan motif yang lain.  Dalam perangnya melawan terorisme, Agensi intelejen AS ini melakukan transfer tahanan dengan menggunakan pesawat terbang dari satu penjara (black site) CIA ke penjara CIA lain yang berada di luar negeri. Hal ini  memungkinkan AS melakukan interogasi kepada para tahanan terorisme tanpa memberi mereka kesempatan berbicara dengan pengacara atau pengamat HAM atau mempertanyakan penahanan mereka di pengadilan Amerika. Jika saja mereka tetap berada di penjara Teluk Guantanamo hanya selama tiga bulan lagi, mereka  pasti mendapatkan hak-hak tersebut.
Empat teroris yang dibawa menggunakan pesawat Boeing 737 itu tiba di Guantanamo pada 24 September 2003, beberapa tahun lebih awal dari yang pernah diungkapkan pemerintah AS. Beberapa  bulan kemudian, tahanan tersebut secara diam diam-diam dibawa pergi dari penjara itu sebelum  Mahkamah Agung sempat memberikan mereka akses ke pengacara.
"Ini semua hanya permainan terselubung untuk menyembunyikan tahanan dari pengadilan," ungkap Jonathan Hafetz, seorang professor hukum di Seton Hall University profesor yang telah mewakili beberapa tahanan.
Bukti mengenai peristiwa kedatangan dan keberangkatan cepat via udara dari Guantanamo itu dikumpulkan oleh The Associated Press dari catatan penerbangan.  Kantor berita itu juga melakukan wawancara dengan para mantan pejabat AS serta beberapa orang lain yang akrab dengan program penahanan CIA. Sumber ini meminta identitasnya dirahasiakakan ketika berbicara mengenai program tersebut. Meraka sepakat bahwa transfer tahanan adalah sebuah fakta. Para mantan pejabat itu mengatakan, Petinggi di Gedung Putih, Departemen Kehakiman, Pentagon dan CIA berkonsultasi mengenai pengalihan tahanan.
"Apa yang di sebut sebagai ‘black-site’ dan metode interogasi khusus, yang diberikan berdasarkan pedoman dari Departemen Kehakiman, adalah sesuatu dari masa lalu," kata juru bicara CIA George Little, yang secara implisit membenarkan mengenai program rahasia itu.
Sementara Jameel Jaffer, deputy legal director ACLU mengatakan, penahanan rahasia merupakan pelanggaran serius dari Konvensi Jenewa, dan pejabat yang berwenang atas penjara rahasia CIA dan program penyiksaan harus bertanggung jawab.
Setidaknya empat tahanan anggota al-Qaida, yang merupakan tangkapan terbesar CIA terbesar hingga saat ini, mengaku pernah dibawa dengan pesawat ke Guantanamo. Mereka adalah Binalshibh dan al-Hawsawi membantu rencana serangan 9/11,  Al-Nashiri, dalang dari pemboman 2000 USS Cole dan Zubaydah yang menjadi fasilitator perjalanan al-Qaida. Mereka telah menghabiskan berbulan-bulan luar negeri dan bertahan terhadap beberapa taktik interogasi paling keras dalam sejarah AS.
Bedasarkan data yang dikumpulkan, Penerbangan tersebut dimulai dari Kabul, di mana CIA mengambil al-Hawsawi dari penjara rahasia yang dikenal sebagai Salt Pit. Boeing 737 kemudian terbang ke Szymany, Polandia, di mana tim CIA mengambil Khalid Sheikh Mohammed, pelaku penyerangan 9/11 dan membawanya ke Bucharest, Romania, ke sebuah penjara baru yang bernama Britelite.
Berikutnya, pesawat itu ke Rabat, Maroko, di mana terdapat sebuah  fasilitas interogasi yang digunakan oleh CIA.
Pukul 08:10 pada 23 September 2003, Boeing 737 lepas landas dari bandara di Rabat. Didalamnya terdapat al-Hawsawi, al-Nashiri, Zubaydah dan Binalshibh. Pukul 01:00 di hari berikutnya, pesawat itu mendarat di Guantanamo.
Selain Boeing 737, sebuah pesawat jet Gulfstream IV nomor ekor "N85VM" adalah salah satu yang dimanfaatkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau CIA transportasi tawanan.  Pada 18 Februari 2003, pesawat yang konon dimiliki oleh salah satu mitra dari Boston Red Sox itu terlihat di Kairo dan memakai logo tim. Karena waktu kedatangan dan keberangkatan pesawat itu tidak biasa, media segera menghubungkannya dengan kemungkinan bahwa pesawat itu digunakan untuk membawa Abu Omar, seorang terangka teroris  yang ditangkap di Italia dan dibawa ke Kairo untuk dipenjarakan.
Pada tanggal 27 Maret, jet ini terlihat terbang meninggalkan Kuba. Pesawat itu mendarat di Rabat pada keesokan harinya. Saat yang bersamaan Mahkamah Agung memutuskan bahwa pada tanggal 28 Juni tahanan harus memiliki akses ke pengadilan AS. CIA sekali lagi mentransfer  Zubaydah , al-Nashiri dan yang lainnya di seluruh situs hitam yang dimilikinya.
Antara Juni 2002 dan Januari 2005, pesawat itu diketahui melakukan 51 perjalanan ke Teluk Guantánamo, serta 82 kunjungan ke Dulles International Airport dan Andrews Air Force Base. Pesawat ini juga mengunjungi pangkalan udara AS di Ramstein dan Rhein-Main di Jerman, Afghanistan, Maroko, Dubai, Jordan, Italia, Jepang, Swiss, Azerbaijan dan Republik Ceko.
Salah satu pesawat lainnya adalah N221SG. Ini adalah sebuah Learjet 35 tanpa nama  dengan nomor ekor "N221SG". Oleh media, pesawat ini dilaporkan sebagai pesawat  yang mungkin digunakan sebagai transportasi tahanan departemen pertahanan AS.  Pesawat tersebut terdaftar ke Jalur Corporation Rehoboth Beach, Delaware, yang kemudian diidentifikasi sebagai perusahaan CIA . Ketika pesawat tersebut mendarat di Kopenhagen, Denmark,  pada 7 Maret 2005, partai oposisi Denmark Red-Green Alliance menuntut penjelasan tentang keberadaan pesawat tersebut. Penerbangan terakhir pesawat ini adalah dari Istanbul, Turki pada tanggal 7 Maret 2005. Media Turki melaporkan pada saat itu pesawat tersebut mengemban misi CIA , ditangkap oleh dinas keamanan negara itu dan diserahkan kepada badan intelijen Amerika.(Dari berbagai sumber) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koes Hendratmo pake Jas Songke....

The Godfathers