Ketika seorang Manggarai jadi pengantin Jawa...

Pernah dengar kata dodotan?
Kalau orang Jawa pasti akrab dengan istilah ini. Dodotan itu semacam pakaian kebesaran yang digunakan pengantin Jawa saat mereka nikah. (Malas penjelasan, liat gambar saja supaya lebih jelas)




Ceritanya begini......
Jauh sebelum acara perkawinan dimulai, ada suatu hal yang selalu mengganjal di pikiran. Evi, tunangan saya (sekarang tentunya sudah jadi istriku tercinta), mengatakan bahwa pas acara nikahan nanti, dia dan saya akan mengenakan dodotan.  Awalnya saya tidak terlalu memikirkan, ah, paling pakai blangkon dan mengenakan keris di belakang.

No problem.....

Tapi ketika Evi menjelaskan seperti apa dodotan itu, resah dan gelisah mulai merasuki hati (hahahahahaha, kaya lagu jadul). Kenapa saya harus mengenakan "ember" di kepala? Setengah telanjang plus make up tebal?

"TIDAAAAAKKKKK!!!!!! "kataku

"HARUSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!" sergahnya tak mau kalah.

Saya juga sebenarnya bingung kenapa enggan ber-dodotan ria. Mungkin karena dibesarkan sebagai orang Manggarai yang keras (sok), menggunakan dodotan saya anggap sebagai hal yang feminim, hahahahahaha, entahlah.

Mungkin juga karena topi berbentuk ember itu.

ember


Hari H pun tiba...jreng jreng!!!!!
Setelah mengucapkan janji sehidup semati di hadapan Tuhan,  diberkati oleh seorang Romo (Pastor Katholik) yang nota bene adalah kakak kandung calon istri ( hahahahahahaha ), resepsi dengan konsep Jawa-Solo yang kental pun dimulai. Pengantin yang baru saja resmi jadi suami istri ini digiring ke untuk dirias..

"Jas-nya dilepas, Mas, sekalian sama baju dan celananya juga ya " pintah mas-mas lekong tukang rias.

"Hah?!"   deg...deg...deg..... hadoooooh, dodotan... topi ember...


Evi tersenyum, puas dia liat saya pasrah dipermak habis..


Inilah hasilnya....


 
dodotan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koes Hendratmo pake Jas Songke....

Proyek "Motang Rua"

The Godfathers