Catatan di penghujung tahun: kematian yang baik

 Sebelumnya maaf, aku membawa-bawa kalian dalam kesusahanku. Tapi tenang saja, jika ini yang pertama kalinya, ini bakal jadi kali yang terakhir. Kuharap semua itu akan berlalu seiring kalian membaca kata terakhir dalam note ini. Ini adalah catatan terakhirku, sesaat sebelum aku memutuskan untuk meninggalkan dunia menuju kegelapan abadi. Ya kegelapan abadi, karena ku yakin dengan sangat neraka jahanam adalah sebenar-benarnya tempatku. Aku tengah berencana untuk menghabisi nyawaku sendiri demi kebaikanmu serta semua orang.
Hidup ini indah....Begitu indahnya sehingga aku tak sanggup lagi terus-terusan mengotorinya dengan polah tingkahku yang buruk, kata-kataku yang menusuk, ataupun sikapku yang kasar. Hidup ini indah.... namun kusadari keberadaanku telah mencemari keindahannya. Layaknya noda pada sehelai sutra, keberadaanku sesungguhnya tidak layak. Kurasakan benar derita hidup orang di sekelilingku. Keluhan yang tertahan oleh labilnya jiwaku, tekanan psikis oleh teror-teror yang tak jarang kuluapkan, serta segala rupa kekejian yang telah kuciptakan. Mungkin... mungkin saja, aku ditakdirkan sebagai si jahat. Namun begitu, secercah sisi kemanusiaanku masih berbisik memintaku berhenti. Inilah akhirnya... sebelum keberadaanku makin menyusahkan, aku memutuskan pergi.

Jika kalian menyesali kepergianku, well.. kalian adalah orang tolol. Aku sebenarnya tidak layak hidup... aku pribadi yang munafik, mau menang sendiri, kejam, tidak tahu aturan, pembunuh berdarah dingin, singkatnya, segala bentuk kejahatan yang ada di muka bumi mengerak dalam hatiku. Aku adalah si jahat. Hidupku penuh kejahatan yang sekaligus adalah nama tengahku. Jika ada satu dua kebaikan yang kulakukan, percayalah,  itu hanya kedok agar kalian tidak mengenali diriku yang sesungguhnya. Jadi gembiralah mendengar berita ini. Setidaknya kepergianku mengurangi kejahatan di muka bumi walau setitik. Percayalah, ini demi kebaikan kalian semua. Bukankah tak seorangpun tidak mengingini kekejian menimpa hidupnya?

Sisi kemanusiaanku memaksaku mengucapkan kata “maaf” bagi semua orang yang telah kubuat remuk redam. Maafkan karena kutelah menyiksa kalian. Maaf karena baru sekarang aku menyadari siapa diriku. Kuharap akhir hidupku membawa kalian kepada hidup baru. Sebuah kehidupan yang damai.. sama seperti yang kalian dambakan saat pertama kali keluar dari rahim ibu kalian.


si jahat mati
luap gembira 
abadi.... abadi
api berkobar lagi
jiwa si jahat dibakar abadi
abadi... abadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koes Hendratmo pake Jas Songke....

Proyek "Motang Rua"

The Godfathers